Pengkaderan:Ajang Senioritas atau Proses Pendewasaan

Mendengar kata pengkaderan yang terlintas dipikiran kita adalah penyiksaan senior terhadap juniornya. Banyak orang tua dan masyarakat yang melarang adanya pengaderan untuk memnhindari tindak kekerasan. Padahal makna dari pengkaderan tidak sesempit itu. Saat pertama kali menjadi mahasiswa baru, saya juga melalui proses ini.  Ada juga yang berpikir ini adalah suatu pembodohan. Dsuruh merayap, push up, pakai baju yang aneh-aneh. Orang-orang mengatakan sebagai pembunuhan karakter dan melanggar HAM. Padahal maksud dan tujuan kegiatannyanya tidak sesederhana itu. Dalam suatu kampus atau jurusan terdapat perkumpulan mahasiswa atau yang biasa disebut dengan himpunan. Di himpunan ini banyak kegiatan yang dilakukuan. Salah satunya adalah pengkaderan untuk mendapatkan calon pengurus himpunan yang baru. Biasanya yang mengikuti proses ini adalah para mahasiswa baru yang masih polos. 
Saat ini senior akan menggunakan otoritas mereka untuk memerintahkan mahasiswa baru yang belum tahu apa-apa. Disinilah ada saja oknum yang memanfaatkan senioritasnya menjadi di luar konteks pengkaderan. Sejauh yang saya ketahui dan saya jalani selama ini, pengkaderan tidak melulu masalah kekerasan. Tetapi bagaimana membentuk perilaku dan kepribadian kita. Saya tidak tahu dengan tempat lain tetapi ini berdasarkan yang saya alami selama kuliah. Pada saat masih menjadi mahasiswa baru para senior akan menunggu di depan kelas dan akan mengumpulkan kita di tempt tertentu. Ini awal mula pengkaderan dilakukan. Mereka akan menjelaskan kenapa kita perlu di kader dan gunanya himpunan. Sebelum kuliah dulu, kakak saya memang seorang pengurus himpunan dan menyarankan saya untuk ikut himpunan karena banyaknya manfaat yang dapat diterima. Kegiatan yang dilakukan sebenarnya secara garis besar sama saja dengan OSIS ketika sekolah dulu. Pengkaderan adalah salah satu cara untuk meregenerasi penerus himpunan yang baru.
Saya merasakan manfaat dari pengkaderan dan himpunan yang saya alami. Pasti kita memiliki teman akrab yang sering disebut geng dan menutup diri dari yang lain. Begitulah saat saya kuliah dulu. Awalnya saya dan teman-teman terbagi dalam beberapa kelompk dan merasa canggung antara satu sama lain. Namun saat di kader, pembagian kelompok dilakukan secara acak sehingga mau tidak mau kita harus mengakrabkan diri dengan yang lain. Lambat laun akhirnya dengan seringnya kita bersama-sama, satu angkatan menjadi akrab. Hal ini sangat membantu untuk memperluas pertemanan apalagi untuk orang seperti saya yang introvert. Keuntungan lain yang diperoleh yaitu kepribadian menjadi lebih terkontrol. Artinya, kita lebih mampu untuk salng peduli dengan teman dan menghormati yang lebih tua. Terkadang orang merasa bahwa itu adalah senioritas. Memang terkadang terdapat senioritas tetapi disitulah kita ditempa bagian cara menghargai dan peduli dengan sesame saat menjadi senior, akhirnya saya mengerti yang dialami pendahulu. Walau saya cukup mirris dengan beberapa oknum yang menyalahgunakan kesenioritasannya dengan hebatnya membully orang lain. Saat seperti inilah system dalam pengkaderan tersebut harus dirombak sebelum kita mengalami krisis mental.
Dalam suatu perkumpulan pastilah ada yang lebih dahulu atau lebih berpengalaman disbanding kita. Maka dari itu kita perlu saling menghargai satu sama lain. Senior sebenarnya tidak ingin menunjukkan kesenioritasannya namun, memang terkadang ada junior yang merasa lebih tinggi. Baiklah mungkin di luar sana kau orang yang hebat tetapi saat berada dalam lingkup  kehidupan sosial yang lain dan baru, maka akan ada yang lebih berpengalaman daripadamu. Sebenarnya saat pengkaderan, senior sudah diberi tugas masing-masing. Ada yang berperan protagonis, antagonis, dan netral. Hal itu untuk membentuk karakter kita menjadi lebih kuat. Karena kita bukan seorang siswa lagi. Dalam dunia kerjapun kita akan ditraining dan bahkan ada yang ditempa di barak bagaikan tentara sungguhan. Bukankah ini juga sebuah pengkaderan. Semua ini dilakukan tidak lepas dari pembentukan karakter dan kepribadian kita nantinya.
Semenjak bergabung dengan himpunan, saya menjadi lebih akrab baik dengan teman ataupun senior. Jaringan atau koneksi saya pun bertambah. Banyak yang dapat saya peroleh selama ini. Sebenarnya seperti yang saya katakan diatas, kegiatannya tidak jauh beda dengan OSIS yang memiliki program kerja. Begitu juga yang saya dapati dengan organisasi di luar kampus lainnya. Hal-hal seperti ini yang tidak didapatkan dibangku perkuliahan. Pembentukan karakter dan pelaksanaan tugas-tugas kerja. Saat ada event kegiatan kita dituntut untuk bagaimana mendapatkan dana, mencari pemateri, mencari tempat dan konsep acara, mengajukan proposal kepada dekan, melobi sponsor, dan sebagainya. Maka dari itu diperlukan kerjasama tim, kemamupan berbicara, dan koneksi yang baik. Kita lebih paham menghargai waktu karena dituntut bekerja berdasarkan deadline.  Hal inilah yang selama ini saya alami dan dapatkan. Walaupun saya tidak terlalu mengambil peran besar, namun saya sedikit demi sedikit mengerti caranya mengatur suatu kegiatan atau event, masalah surat menyurat/administrasi, penyusunan nota/kwitansi, metode persidangan, dan masih banyak lagi.
Dalam bangku perkuliahan kita diajari teori dan praktek. Tetapi banyak hal dan pengalaman baru yang bisa didaptkan di luar sana. Beberapa kali saya mendapati orang menjadi sukses dalam pekerjaannya bukan dilihat dai ip tetapi pengalaman organisasi. Walaupun ip sangat berpengaruh dan menjadi syarat pertama pencari kerja. Namun di lapangan saya beberapa kali diwawancarai mengenai masalah kegiatan organisasi saya di kampus. Hal seperti ini kadang yang tidak dimengerti oleh sebagian orang. Mereka menentang pengkaderan dan berusaha melumpuhkan himpunan. Padahal mahasiswa bisa belajar banyak hal dari kegiatan seperti ini. Saat ini banyak pihak yang berusaha meruntuhkan mahasiswa sebagai agent of change. 
Seperti yang saya katakan diatas, bahwa mahasiswa bukan lagi seorang siswa yang antinya akan langsung terjun ke masyarakat. Padahal ada manfaat yang diperoleh dari perkumpulan semacam ini. Saya selalu berpikir bahwa sesuatu selalu memiliki dua sisi. Ketika dianggap negative pasti ada sesuatu yang positif sehingga hal tersebut dapat tercipta. Pembentukan karakter sangat diperlukan saat Ini bagi generasi muda. Menjadi pintar dapat dilakukan semua orang namun memiliki karakter yang baik tidak mudah dimiliki. Salah satunya yaitu dengan pengkaderan. Kita tidak perlu takut dengan senioritas selama kita memiliki pribadi yang baik dan mengikuti aturan. Maka dari itu kita harus melihat segala sesuatu dari dua sudut pandang yang berbeda. Adanya peristiwa pasti ada penyebabnya. Begitupun sesuatu yang kita anggap buruk pasti memiliki kebaikan walau sekecilpun. Jadi jangan takut untuk dikader dan berorganisasi karena ada manfaat yang dapat diperoleh bagi diri kita. Saat terjun ke dunia kerja yang tekanan pekerjaan dan senioritasnya lebih berat maka kita akan terbiasa karena telah terlatih semenjak kuliah dulu. Kita juga lebih punya banyak teman dan menumbuhkan sikap saling peduli satu sama lain. Selain itu dapat mengisi waktu luang di luar perkuliahan kita daripada waktunya dihabiskan dengan nongkrong di mall tanpa tujuan yang jelas. Kembali lagi kepada diri kita sendiri apakah kita memerlukan organisasi/perkumpulan atau tidak. Pengkaderan tidak hanya didapat saat sekolah dan perkuliahan. Dalam kehidupan sehari-hari pun kita mengalami kaderisasi di manapun kita berada. Tergantung bagaimana kita menghadapinya.

Komentar

Postingan Populer